Perancis mencatat sejarah baru di pertengahan tahun 2017 ini. Pada Minggu (7/5), negara ini dapat dipastikan memiliki presiden baru, yaitu Emmanuel Macron. Dirinya tercatat menang telak atas rivalnya Marine Le Pen. Dari proyeksi perhitungan suara Macron meraih sekitar 65% suara, jauh dari Le Pen yang hanya meraih dukungan kurang dari 65% suara.
Dalam pidato kemenangan, Macron mengatakan halaman baru tengah dimulai dalam sejarah Prancis. "Saya ingin ini menjadi halaman tentang harapan dan rasa saling percaya," katanya. Macron juga berjanji akan mendengarkan pihak bersebrangan. "Saya tahu ada kemarahan, kegelisahan, dan keraguan. Saya akan mendengarkan mereka. Saya akan bekerja untuk untuk menciptakan hubungan antara Uni Eropa dan warga negaranya," ungkapnya.
Dengan kemenangannya tersebut, Macron menjadi presiden termuda dalam sejarah perjalanan negara Perancis. Di usianya yang baru menginjak 39 tahun, dia berhasil meraih banyak simpati dari rakyat Perancis.
Dalam dunia politik, mantan bankir ini pernah menjadi menteri ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Francois Hollande, politisi Partai Sosialis. Fakta ini, menurut pengamat politik Francois Raillon, bermakna bahwa Macron juga adalah bagian dari kelompok mapan (establishment).
Untuk memuluskan langkahnya dalam pemilihan presiden, pada April 2016 Ia mendirikan En Marche!, gerakan berhaluan tengah yang ia gunakan sebagai kendaraan politik di pemilihan presiden. Beberapa bulan setelah mendirikan En Marche!, Macron menyatakan mundur dari Partai Sosialis. Seorang Wartawan BBC, Becky Branford, mengatakan bisa saja Macron maju di pilpres dengan tiket dari Partai Sosialis, namun ia sadar betul bahwa dengan popularitas partai yang menurun, ia perlu kendaraan lain yang segar, yang bisa dirasakan secara langsung oleh rakyat.
Tak hanya di dalam negeri, kabar kemenangan macron pun disambut hangat oleh dunia internasional. Juru bicara kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa kemenangan Macron adalah juga kemenangan bari Eropa yang kuat dan bersatu. kepala Komisi Eropa, Jeane-Claude Junker pun menyampaikan hal yang senada. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengucapkan selamat dan siap bekerja sama di berbagai bidang.
Komentar