Aroma mistis langsung terasa saat melihat Rumah Cimanggis yang terkenal itu. Sebagian tembok yang sudah rapuh seakan menjadi saksi bisu sebuah kisah masa lalu.
|
Rumah Cimanggis |
Beberapa hari terakhir perhatian publik tertuju pada rencana pembongkaran sebuah rumah tua peninggalan Belanda di Kota Depok. Menurut rencana, lahan bekas rumah tua tersebut akan dijadikan gedung Universitas Islam Internasional (UII). Banyak kisah mistis yang menyelimuti rumah tua peninggalan jaman Kolonial Belanda itu. Bahkan beberapa warga sekitar pernah menyaksikan sendiri kejadian-kejadian menakutkan di rumah bergaya arsitektur Belanda tersebut. Tak sekedar seram, ternyata Rumah Cimanggis menyimpan sebuah kisah sejarah di masa lalu.
Rumah Cimanggis merupakan bangunan tua bekas peningggalan seorang Gubernur Jendral Vereenigde Oost-Indische Compaginie (VOC) Petrus Albertus van der Parra pada tahun 1775 di wilayah Depok. Petrus adalah salah seorang Gubernur VOC yang memerintah cukup lama antara 1761-1775. Ia lahir di Kolombo pada 29 September 1714 dan meninggal di Batavia saat masih menjabat sebagai Gubernur pada 28 desember 1775.
|
Petrus Albertus van der Parra |
Van der Parra adalah seorang yang dianggap mempunyai sifat berlebihan dalam pemerintahan. Pada saat itu ia menganggap bahwa dirinya adalah seorang Raja Hindia. Hal ini sangat ditentang oleh beberapa pihak saat itu. Mereka berusaha mengirimkan laporan surat kepada Dewan 17 ( De Heeren XVII ). De Heeren XVII adalah dewan direktur (direksi) yang menjalankan perusahaan khusus yaitu Perusahaan Dagang Hindia timur Belanda (VOC), yang dibentuk pada 1602 untuk tujuan nasioanal, dan para direkturnya bertanggungjawab kepada Parlemen Belanda. Dewan direktur ini terdiri dari 17 anggota perwakilan pemegang saham Perusahaan Dagang Hindia Timur tersebut. 17 anggota ini masing-masing berasal dari Amsterdam sebanyak delapan orang. Empat orang dari Middelburg (Zeeland), dan empat orang lagi berasal dari Rotterdam, Delft, Hoorn, dan Enkhuizen. Anggota 17 dari Heeren XVII ini diangkat oleh Zeeland.
Namun laporan-laporan tersebut tidak pernah mendapat tanggapan dari Dewan 17. Sehingga pemerintahan sang gubernur tetap berjalan. Hal ini menyebabkan usaha-usaha pembunuhan secara diam kepadanya. Namun, usaha tersebut juga banyak yang tidak membuahkan hasil. Hingga pada akhirnya Van der Parra sakit parah dan meninggal pada tahun 1775.
Semasa hidup, Van der Parra menikahi Adriana Johana, seorang putri petinggi VOC bernama David Johan Bake. Pada 1775 Petrus Albertus membuatkan Adriana sebuah rumah megah di Cimanggis. Rumah tersebut dirancang oleh arsitek David J. Smith selesai dibangun pada 1778. Rumah tersebut memiliki pelataran dan perkebunan dengan tanaman yang rindang. Hal ini menunjukan bahwa Adriana adalah seorang yang menyukai keindahan. Di bagian belakang rumah itu terdapat sebuah istal kuda. Sepeninggal Adriana, rumah itu diserahkan kepada Smith. Namun Smith bangkrut dan meninggalkan rumah tersebut. Lama tak ditempati akhirnya rumah yang awalnya bernama Landhuis Tjimanggis itu dijadikan tempat persinggahan orang Belanda.
Menurut cerita dari mulut ke mulut, di rumah tua peninggalan Van der Parra tersebut sering terdengar suara-suara aneh dan penampakan menyeramkan pada malam hari. Wujud hantu perempuan yang berdandan seperti noni Belanda pun kerap menampakkan diri di tempat tersebut.
Seorang warga bernama Siti Shalehah (77) pernah tinggal di Rumah Cimanggis tersebut. Ia bercerita bahwa dulu pernah ada sekitar 13 kepala keluarga karyawan Radio Republik Indonesia pernah menempati rumah tersebut. Mereka menempati bangunan rumah sejak tahun 1969. "Sejak tahun 2002, pada dapat tanah kapling, jadi pindah deh sehingga rumah jadi tidak terawat lagi," kata Shalehah.
Cerita lain datang dari seorang Satpam Pemancar RRI, Hikmatul Yakin, mengisahkan pada 2012 silam atap Rumah Cimanggis tiba-tiba saja roboh, padahal cuaca sedang cerah."Tiba-tiba saja roboh atap bangunannya bersamaan. Jatuhnya bersamaan dari kiri dan kanan," kisahnya. kejadian itu terjadi saat dirinya tengah berjaga di pintu belakang. Suara gemuruhnya bahkan sampai ke wilayah Depok timur.
Komentar