Kita menganggap remeh orang lain, padahal kita sadar bahwa kita sendiri ternyata sangat remeh
Film Amerika yang rilis
pada awal Januari 2018 lalu ini, ternyata ditulis dan disutradarai
sendiri oleh Quinn Shephard, yang sekaligus menjadi pemeran utamanya.
Ini memang debut pertamanya di industri film sebagai penulis, sutradara,
dan produser. Wow.
Shephard memang ‘tidak sengaja’ mendanai film ini. Ini bermula ketika pemodal awal tak bisa melanjutkan film Blame. Shephard yang sudah kepalang cinta pada film ini akhirnya meneruskannya dengan mempertaruhkan uang kuliahnya.
Kerja keras Shephard tak sia-sia. Blame diputar di beberapa festival film, termasuk Festival Film Tribeca, dan mendapat beberapa nominasi. Ini tentu hal yang membanggakan untuk Shephard yang dinobatkan sebagai sutradara dan produser perempuan termuda.
Sebelumnya, Quinn Shephard kelahiran tahun 1995 itu terkenal karena perannya sebagai Morgan Sanders di serial tivi CBS. Karirnya melesat sehingga ia membintangi beberapa serial tivi dan layar lebar.
Peran Quinn Shephard sebagai Abigail di film Blame ini mendapat pujian. Karakter Abigail yang diam dan misterius sungguh membuat orang penasaran.
Abigail kembali ke sekolah menengahnya di daerah pinggiran New Jersey setelah sempat mengalami semacam gangguan psikologi pada semester sebelumnya. Kembalinya Abigail menjadi perhatian seluruh siswa, terutama yang satu kelas dengannya. Mereka memanggilnya ‘Sybil’ -entah mengapa tetapi tentunya ini berkaitan dengan kejadian di semester lalu yang tak terlalu dijelaskan.
Di dinding kamar mandi, loker buku, penuh tulisan "Siapa yang membiarkan psiko keluar?" dan Abigail terus-terusan menerima ejekan dan bully-an.
Di kelas drama, Jeremy Woods (Chris Messina), sang guru drama pengganti, merasa simpatik kepada Abigail yang dianggapnya cerdas. Perhatian sang guru inilah yang membuat Abigail menaruh hati dan menjadi bersemangat.
Hubungan guru dan siswa ini berkembang manis, tetapi pada akhirnya menimbulkan persepsi lain di hati Abigail yang selama ini haus akan perhatian dan kasih sayang. Jeremy yang telah memiliki tunangan harus membatasi hubungan itu dan Abigail terpuruk karenanya.
DI sisi lain Melisa (Nadia Alexander), gadis penggosip di sekolah, mencemburui hubungan Abigail dan Jeremy. Segala hal ia lakukan agar bisa dekat-dekat dengan Jeremy.
Yang menarik adalah pada bagian di mana Melisa berupaya memfitnah Jeremy atas dasar sakit hati karena penolakan sang guru. Namun, saat diinterogasi polisi, Melisa yang berhalusinasi malah terjebak mengisahkan cerita kelam tentang perlakuan ayahnya sendiri.
Film ini diakhiri dengan scene mengharukan. Abigail, yang selama ini diejek karena bermasalah secara psikologis, bisa memulai hari-hari barunya dengan kepercayaan diri. Sementara Melisa malah berakhir tragis dengan mengalami tekanan psikologis.
Cukup menarik sebagaimana kisah remaja sekolahan. Bagi yang suka fashion retro, baju-baju yang dikenakan Abigail cukup unik, klasik dan elegan. Lumayan menginspirasi. Kecuali baju saat scene Abigail yang mulai posesif terhadap Jeremy, yaaa….* (Erin)
Film lain yang lebih seru juga ada, coba klik:
Keanehan dan Keunikan dalam Film Freak Show 2017
Komentar