Featured Post

Film Alpha; Belajar Menerima dan Bagaimana Bertahan Hidup (review

Pingin tahu bagaimana kehidupan masa Paleolithikum? Bahkan untuk mencari makan saja harus berburu berminggu-minggu




Tau (Jóhannes Haukur Jóhannesson), sang kepala suku yang sangat disegani, memimpin perburuan untuk persediaan makanan sebelum musim dingin tiba. Kali itu ia mengajak anak sulungnya, Keda (Kodi Smit-McPhee). Ini adalah pengalaman baru bagi Keda. Rho (Natassia Malthe), istri Tau, menganggap putra mereka belum siap, tapi Tau memaksa. 

Albert Hughes, sutradara yang pernah sukses menampilkan film Menace II Society dan The Book of Eli, menggarap film petualangan ini dengan apik. 
Berlatar kehidupan manusia pada Zaman Es sekitar 20 ribu tahun yang lalu, Hughes memampang keindahan gurun es dengan panorama langit merah, dan serta perjuangan para pemburu di tengah badai salju. 

Keda mengalami hal yang nahas. Dia diserang kawanan binatang buas dan terlempar ke jurang. Tau begitu terpukul. Dia tak bisa menjangkau tubuh Keda yang tak bergerak di bawah sana. 
Banyak yang bilang cerita ini klise, seorang anak yang terluka di hutan atau di gurun lalu ditolong oleh seekor binatang buas. Tapi Alpha tidak bisa disebut sebagai film kebanyakan, karena ia memiliki hal lain yang menjadi pembeda dan 'lebih'. Kita bisa melihat perjuangan Keda yang harus belajar menerima sekelilingnya. Kemanjaannya yang harus ia singkirkan karena di rimba raya ia sendirian dan bertahan untuk tetap hidup. 

Yang menarik adalah ikatan yang kuat antara Keda dan srigala yang ia beri nama Alpha. Keda harus merelakan Alpha kembali kepada keluarganya, sekumpulan srigala padang es. 

Endingnya, jangan ditanya lagi. Mellow abis. Dramatik di sepuluh menit terakhir. (Adien).

Komentar